Dr.H. Dian Chandra, M.Si Kadisdikbun Kota Lubuklinggau, “Sekolah Swasta Harus Meningkatkan Daya Saing” 

Berita132 Dilihat

Lubuklinggau (serumpunnews) – Adanya keluhan sekolah swasta yang muridnya minim saat penerimaan siswa baru, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lubuklinggau, Dr. H. Dian Candra, M,Si kepada sejumlah awak Media, meminta agar sekolah swasta berupaya meningkatkan daya saing guna memikat calon siswa baru,

 

Terbukti ada beberapa sekolah swasta yang jumlah muridnya melebihi sekolah negeri, sehingga mutu sekolah dan kualitas murid yang berprestasi membuat sekolah menjadi favorit siswa, untuk menimba ilmu disekolah tersebut,

 

Salah satu strategi jitu, Pihak sekolah swasta harus mampu memberikan poin lebih, guna memikat siswa baru, bisa jadi pola metode pembelajaran yang berbeda antar sekolah, dan banyak murid berprestasi,” ujar Kadisdikbud

 

Dimana, diketahui sebelumnya sekolah swasta tak ada murid saat Penerimaan Siswa Baru (PSB) Karena kalah bersaing dengan sekolah lainnya.

 

“Apabila mampu menerapkan daya saing bukan tidak mungkin akan menjadi pilihan,” jelasnya

 

Lebih lanjut, Menurut Dian sekolah swasta harus menawarkan kelebihan, artinya daya saingnya harus ditingkatkan, apa itu bidang agamanya atau bidang lainnya.

 

“Harus kita dorong itu, jangan sampai kalah dengan negeri,” harapnya

 

Selain itu, Dian menyampaikan akan berupaya menyempurnakan kekurangan – kekurangan sistem zonasi dan juga meminta sekolah memprioritaskan anak-anak yang dekat dengan sekolah tersebut.

 

Bahkan pihak, sekolah yang ada di Lubuklinggau ini turut diminta memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa sekolah itu pada prinsipnya sama.

 

Kalau ada yang dekat dengan sekolah itu, mengapa tidak ke sana saja, misalkan warga Kayu Ara kenapa harus di SMP Negeri 2 atau warga tanah Periuk Sekolah di SMP Negeri 4 Lubuklinggau,” ungkapnya.

 

Bila dipaksakan kasian siswanya akan sangat jauh sekali, karena selama ini sudah terinternalisasi dalam masyarakat bahwa sekolah yang bagus itu hanya SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 saja.

 

“Selama ini yang ada dalam pikiran masyarakat seperti itu, padahal model belajar itu sama, bahkan sekolah penggerak itu sekarang SMP Negeri 10 dan SMP Negeri 13, bukan, SMP Negeri 1 atau SMP Negeri 2, termasuk SD nya pun 80 bukan 54, itu yang harus diberi pengertian dengan masyarakat,” tandasnya. (Ricky/rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *